Jumat, 28 Oktober 2016

Indonesia Sebagai Sarang ISIS yang Ideal Berdasarkan Karakteristiknya

Kenapa masuk ISIS ? Menurut Ulama Suriah Abdullah Mustafa Rahhal, penyebab-penyebab orang ingin masuk ISIS adalah:
1. tidak mengetahui kondisi sesungguhnya ISIS dan hanya mengetahui hal-hal positif tentang cita-cita negara Islam. Akibatnya, orang itu akan menjadikan pemerintah yang anti ISIS sebagai musuh mujahidin.
2. gaji besar.

Perlu diketahui, ajaran yang dianut bukan Islam, tetapi Islam radikal. Kalau yang no.2 tidak perlu dibahas, karena saya hanya ingin membahas sikap orang Indonesia yang cenderung nampak seperti ISIS. Dari penyebab no.1 dapat diambil kutipan yang persis seperti yang terjadi di Indonesia, "..... hanya mengetahui hal-hal positif tentang cita-cita negara Islam......" 

Perlu diketahui, sebenarnya orang-orang tersebut tidak memiliki nasionalisme, tetapi tujuan sebenarnya adalah menjadikan negara milik Islam secara penuh, semua kondisi sesuai dengan Islam, bahkan mengharapkan agar semua orang di dunia ini berpandangan yang sama dengan mereka. Mereka tidak mau menerima perbedaan.

Tetapi kenapa mereka tidak mau mengakui perbedaan? Menurut penelitian yang diambil dari contoh-contoh calon ISIS, sasaran ISIS adalah orang-orang yang mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Psikologis mereka belum dewasa, sehingga mereka tidak punya kekuatan untuk menghadapi segala tantangan hidup. 

Oleh karena itu, mereka sangat menikmati gerakan yang berseruan membela agama Islam. Gerakan tersebut dapat berupa mengusir, memberontak bahkan melenyapkan hal-hal yang tidak satu ide dengan mereka. Menurut mereka tindakan tersebut bukanlah terorisme, tetapi demi membela Allah.

Jadi, kesimpulannya adalah orang tersebut bersifat cengeng dan imannya terlalu lemah. Menurut mereka, apa yang mereka lakukan itu benar, tetapi sebenarnya mereka telah mengganggu kesejahteraan masyarakat. Seperti balita cengeng yang menangis agar mendapatkan apa yang dia inginkan, tidak mengaku kesalahan sendiri dan anggap orang lain berjahat kepada dirinya, tetapi dia tidak sadar bahwa sikapnya membuat orang sekitarnya merasa tidak nyaman.

Di Indonesia ini nampak sejumlah orang yang secara tidak sadar telah memasuki Islam radikal. Contohnya adalah FPI. Dari sistem operasinya FPI mungkin jauh beda dari ISIS, tetapi sifat cengeng tersebut malah sama persis. Hal itu dapat kita lihat dari tindakan sebagai berikut:



Gerakan tersebut terjadi karena Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dinyatakan telah menghina Al-Quran melalui pembicaraan beliau di Kepulauan Seribu.

Ironisnya, gerakan tersebut menggunakan seruan membela agama dan negara. Setahu kita, Habib Rizieq juga pernah sebut bahwa, "Ketuhanan pancasila Soekarno ada di pantat", dan ancaman beliau minggu lalu yang berisi, "...... bagi kami, ayat suci di atas konstitusi". 

Hal ini meragukan saya mengenai nasionalisme Habib Rizieq. Oleh karena itu, tampak jelas bahwa seruan seperti membela negara dan undang-undang hanyalah alasan mereka untuk mengimbau lebih banyak pengikut untuk meramaikan situasi.

Seperti yang dikatakan sebelumnya (klik sini) bahwa mencampur aduk agama dengan politik dapat merendahkan derajat agama. Seharusnya FPI sebagai ormas yang berhaluan membela Islam harus menghentikan peristiwa itu sejak dulu. Jadi, sebenarnya FPI hanya memanjakan umat yang imannya lemah dan pikirannya sesat.

Contoh tindakan FPI lainnya yang mendukung Islam radikal adalah gerakan menuntut rumah makan babi panggang karo untuk tutup, serta menuntut rumah makan untuk tutup siang hari pada Bulan Ramadhan. 

Dari sini bisa dilihat bahwa gerakan FPI sepertinya bermanfaat untuk membela Muslim, tetapi sebenarnya yang dilakukan adalah memanjakan Muslim yang imannya lemah.

Adapun iklan coca-cola pada Bulan Ramadhan tahun ini yang berjudul "Momen Paling Ditunggu" yang menggambarkan betapa kuatnya seorang anak laki-laki dalam menghadapi segala tantangan saat berpuasa. Hal ini bisa dimengerti bahwa tantangan tersebut berupa nafsu, karena umat dari setiap agama pasti mengalami tantangan berupa nafsu. Contoh nyata, waktu teman kita ajak ke tempat hiburan ketika kita mau pergi ke tempat ibadah, waktu bhikkhu ditawarkan makanan daging, dan lain-lain.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, kita patut memperkuatkan iman kita, apalagi karena di lingkungan sekitar kita terdapat banyak perbedaan, kita tidak patut melenyapkan orang yang berbeda dengan kita, karena itu hanya memanjakan iman kita dan membuatnya semakin lemah. Bayangkan saja, bila bhikkhu pada contoh di atas menyatakan perang, maka se-Indonesia tidak boleh makan daging, apakah itu yang diharapkan warga Indonesia?

Selain FPI, adapun warga negara Indonesia yang secara tidak sadar sudah memasuki Islam radikal. Contohnya video yang beredar di medsos (klik sini) yang berisi penghormatan kepada seorang pembunuh.



Mengenai hal ini, ada juga yang menanyakan saya, bagaimana reaksi saya bila agama saya dihina? Menurut saya, kita patut mengambil contoh bagaimana sikap Buddhis dalam menangani masalah kerusuhan Tanjung Balai yang terjadi pada bulan Juli,2016. Pesan biksu Ajahn Brahm yang inti pokoknya adalah walaupun wihara terbakar, masih bisa dibangun lagi, tapi jika ajaran tentang cinta kasih hancur, maka keseluruhan agama Buddha akan hancur. Dari hal ini bisa kita teladani bahwa pemberontakan atau gerakan-gerakan bukan satu-satunya solusi. Menurut ajaran Buddha, kebencian tidak akan berakhir bila dibalas dengan kebencian (klik sini).

Tetapi sayangnya hal itu tidak nampak dari diri Islam radikal. Menurut saya, pernyataan gerakan dan pemberontakan dalam membela Islam itu sama sekali tidak ada unsur kedamaiannya bila dibanding dengan pesan Ajahn Brahm tadi. Kedamaian yang dimaksud mereka adalah ketika kemauan mereka tercapai, bukan kedamaian bagi masyarakat, pikiran itu bagaikan pikiran balita.

Senin, 24 Oktober 2016

Petinggi Muslim Indonesia Merendahkan Al-Quran dan Ajaran-Nya

Ketika saya membahas hubungan antara politik dan agama menurut pandangan ajaran Buddha, saya menemukan sebuah kutipan yang berkesan:


"Ketika agama dilibatkan ke politik, maka agama tidak lagi memberikan keteladanan moral, dan derajat-Nya pun direndahkan."


Ajaran Buddha yang telah diwariskan selama 2.500 lebih, ternyata kebenarannya tidak perlu diragukan. Hal tersebut telah nyata ditayangkan di Indonesia. Seperti peristiwa yang sedang panas terjadi sekarang, di mana gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, alias Ahok, dinyatakan oleh Muslim bahwa pembicaraan beliau di Pulau Seribu telah menghina Al-Quran. Kini, Front Pembela Islam (FPI) sedang menyatakan ancaman bagi Indonesia jika kasus Ahok tidak ditangani.

Ketika hal itu terjadi, pandangan saya adalah kemungkinan Ahok mau membantah pernyataan dalam Al-Quran, di mana Allah tidak memperbolehkan kaum kafir menjadi pemimpin, sehingga timbullah emosinya. Tetapi setelah saya memahami kutipan di atas itu, saya mengerti bahwa pembantahan Ahok itu hanya permukaan masalah, penyebab yang paling dasar dalam hal ini adalah karena para petinggi Muslim sendiri yang telah menghina Al-Quran, ketika mereka membincangkan urusan politik dengan menggunakan ayat suci.

Politik diibaratkan sebagai kekuatan yang dicari banyak orang, sehingga dalam politik terdapat keserakahan, keegoisan dan kebencian. Sedangkan agama adalah moralitas yang bertujuan untuk menyebarkan kedamaian. Oleh karena itu, bila agama dilibatkan ke dalam politik, maka agama akan tertular penyakit-penyakit yang ada pada politik, sehingga agama akan kehilangan fungsi utamanya dalam menciptakan kedamaian. 

Rhoma Irama menyebutkan isi surat Al-Maidah ayat 51 yang melarang Muslim untuk memilih pemimpin kafir. Beliau juga menyatakan sanksi keras yang akan dijatuhkan kepada Muslim, serta mengimbau Muslim dan seluruh warga Indonesia agar tidak memilih pemimpin kafir, bagaikan memilih kucing dalam karung. (klik sini)



Sebenarnya pembicaraan Rhoma Irama telah merendahkan Al-Quran, dari tingkat Yang Maha Esa menjadi tingkat propinsi, karena kafir yang dimaksudkan Rhoma Irama di situ adalah orang yang menjabat menjadi gubernur. Persyaratan menjadi gubernur ditentukan negara, dan negara dibentuk manusia. Berarti Ayat Suci tersebut telah diperlakukan Rhoma Irama seperti ayat hukum negara yang dibuat manusia. Dengan kata lain, Rhoma Irama telah menyamakan Allah dengan manusia.

Akibatnya ayat suci Al-Quran disamakan dengan ayat negara, tentu saja menimbulkan efek sampingan seperti keluhan, keraguan, perbincangan, yang akhirnya menyebabkan kebencian, kemarahan, cemburu dan hilangnya akal sehat. Emosi tersebut menunjukkan bahwa agama sudah hilang fungsi utama-Nya dalam menciptakan kedamaian.

Sebagai contoh nyata yaitu ancaman FPI yang berupa:

"Saya dan yang berada disini semua siap jika harus mati demi membela agama Allah. Bahkan jika harus membunuh Ahok sekalipun. Bagi kami ayat suci di atas konstitusi!"

Hal itu menunjukkan bahwa FPI sudah hilang kesadarannya, yaitu kesadaran bahwa mereka bukan membela agama, tetapi mencemari agama serta mengganggu kedaulatan negara:

1. "....... demi membela Allah. Bahkan jika harus membunuh Ahok sekalipun......" menunjukkan bahwa FPI merenungkan ajaran-Nya sebagai kriminalitas. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, setiap agama mengajak orang lain agar percaya dan mengikuti ajaran-Nya, bukan membunuh orang yang mengejek ajaran-Nya.

2. "........ Bagi kami ayat suci di atas konstitusi!" menunjukkan bahwa FPI ingin menggusur kedaulatan negara dan menggantikan UUD dan pancasila dengan menggunakan ayat suci. Hal ini sama saja seperti perjuangan PKI.


Saya percaya bahwa setiap ajaran agama mengajarkan kedamaian, saling menyayangi dan lingkungan. Jadi, tentu saja tindakan FPI tidak diajarkan dalam ajaran agama, tetapi jelas itu adalah efek samping gara-gara ajaran agama tercemar oleh sikap negatifnya politik.

Jumat, 14 Oktober 2016

Kenapa Muslim Tidak Menerima Ahok?

Saya bukan orang Jakarta, jadi saya tidak pasti apakah berita tentang prestasi yang dicapai oleh gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) itu benar-benar asli. Tetapi menurut teman saya yang tinggal di Jakarta, lingkungan Jakarta memang sudah berubah banyak sejak dia bertempat tinggal di sana pada tahun 2009. Pengalaman terburuk bagi dia waktu tinggal di Jakarta saat itu adalah kran air yang keluar air warna merah pudar dan terasa ada butiran pasir.

Bagi saya, seorang pemimpin yang ada prestasi patut didukung. Pemimpin negara dunia ini yang paling saya hormati adalah mantan perdana menteri Singapura Lee Kwan Yew, karena waktu Singapura merdeka pada tahun 1965, uang kasnya kurang dari 1 juta dollar, tidak punya tentara, tidak punya sumber daya alam, sehingga Lee mempererat kerjasama dengan negara lain guna mengembangkan ekonomi. Dalam pembangunan, beliau juga berhutang ke negara lain, tetapi prinsip beliau adalah segera lunasi hutang, ketika ada profit langsung bayar hutang, bukan pinjam hutang untuk bayar hutang. Sehingga hari ini Singapura bisa menjadi bintang yang bersinar di dunia. Saya bukan orang Singapura, tetapi saya percaya medsos sana, karena pengawasannya sangat erat.

Namun, kenyataan pedih di Indonesia adalah menghormati pemimpin yang sama ajaran agamanya. Jadi saya lagi pikir apakah Indonesia tidak peduli dengan prestasi? Sepertinya iya, hal itu dapat dilihat dari kejadian di mana ada banyak professor asal Indonesia tidak mau kerja bagi Indonesia. Indonesia lebih menilai seseorang dari sisi SARA.

Jadi:

Apa alasannya rakyat mengabaikan prestasi yang dicapai Ahok gara-gara berbeda agama?

"Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, Engkau memberi peringatan atau tidak Engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman."

"Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Janganlah berbuat kerusakan di bumi!" Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan."

"Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari."

"Mereka itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong."

Dari sini bisa dilihat bagaimana tanggapan Muslim terhadap seseorang yang tidak mengakui Allah (kafir), karena segala hal yang dilakukan kafir itu tidak sesuai petunjuk, sehingga apa saja yang mereka lakukan itu sia-sia, karena mereka akan dihukum untuk hidup di neraka. Jadi, segala prestasi yang dicapai Ahok itu haram karena beliau tidak mau mengakui Allah.

Selain itu:

"Jika kamu tidak mampu membuatnya (mengakui Allah), dan tidak akan mampu, maka takutlah kamu akan api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir."

"Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kaifr sebagai pemimpin, melainkan orang-orang beriman. Barang siapa yang berbuat demikian, niscaya dia tidak akan memperoleh apa pun dari Allah, kecuali karena menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri (siksa)-Nya, dan hanya kepada Allah tempat kembali."

Dari kutipan tersebut sudah jelas orang yang tidak mengakui Allah (kafir) diibaratkan sebagai bahan bakar api, Muslim juga dituntut untuk tidak memilih pemimpin kafir. Makanya kenapa sering lihat ada komentar di medsos bahwa "jika pilih Ahok, bisa masuk neraka."

Jadi, sulit bagi sebagian Muslim untuk menerima orang yang berbeda agama sebagai pemimpin jika mereka hanya membaca sabda tersebut tanpa merenung arti sebenarnya.

Contohnya, kenapa ada juga Muslim yang mau mengakui Ahok? Karena masih ada sebagian orang yang memahami bahwa setiap orang memiliki perbedaan. Tetapi bagaimana pun, jika perbuatan mereka adalah demi kebaikan orang lain, maka mereka sama saja sudah mewujudkan kebaikan Tuhan. Tetapi mungkin juga ada yang menganggap segala itu adalah tantangan bagi mereka, tetapi mereka percaya bahwa tantangan tersebut sudah direncanakan oleh Tuhan, dan mereka pilih untuk menghadapinya.

Satu alasan lagi kenapa orang tidak tolak Ahok adalah karena memikirkan kepentingan umum. Mereka sadari negara mencakup orang yang berbeda-beda, sehingga SALAH BESAR kalau memasukkan unsur agama ke dalam politik, karena agama adalah kepentingan bagi sekelompok orang saja.

Selasa, 11 Oktober 2016

Tanggapan Saya Mengenai Peristiwa Ahok Mengejek Al-Quran

Melalui komentar yang saya temukan di berbagai medsos, pasca Ahok mengejek Al-Quran telah menyalakan api umat Islam. Mereka pun menyatakan pendapat untuk melengserkan Ahok. Tetapi saya juga temukan masih banyak pendukung Ahok yang berbicara bagi Ahok. Selain pendukung Ahok, sebenarnya ketua PBNU Aqil Siradj juga menasehati agar memaafkan Ahok, karena dia hanya terselip lidahnya, tetapi malah mendapat kritikan.




Namun menurut tanggapan saya, dari hal ini kita bisa lihat betapa pentingnya sikap toleransi dan saling menghormati. Dengan kata lain, kedua belah pihak (Ahok dan tokoh pemuka Islam) telah melakukan kesalahan.

Kesalahan tokoh pemuka Islam adalah tidak bercermin diri. Seperti yang kita tahu, Ahok sering mendapat kritikan sampingan yang tidak berhubung dengan kerjanya, seperti "Indonesia malu dipimpin kafir", "Ahok adalah anjing Cina", "minoritas harus menghormati mayoritas" dan sebagainya. 

Dari kata-kata di atas itu, kita harus pelajari kesadaran, yaitu perasaan apa yang akan dirasakan jika kritikan itu menimpa dirinya sendiri? Tentunya perasaan marah yang akan dirasakan paling pertama. Buktinya, pasca ejekan Ahok muncul banyak komentar pedas di medsos dan proposal untuk menyerang Istana Merdeka yang dituturkan FPI.

Jadi, hal ini bisa dijadikan sebuah cermin, di mana kita akan merasa marah jika diejek, apakah orang lain tidak marah jika kita mengejek dia?

Sedangkan kesalahan Ahok adalah Imannya tidak kuat dan pembicaraan yang melampau. Ahok tidak berhak mengkritik isi kitab suci agama lain, tetapi agama sendiri pun jangan dikritik ya! 

Selain itu, hal ini membuktikan bahwa perasaan dendam Ahok yang ditanamkan sejak dulu, terhadap segala kritikan yang menimpa dirinya. Dalam ajaran Kristen ada sebuah kutipan yang menjelaskan bahwa dalam melakukan pewartaan, Kristus menghadapi berbagai penderitaan, tetapi harus sabar dalam menghadapi segala tantangan. Sama seperti keadaan Ahok sekarang, banyak rintangan yang harus dihadapi.

Jadi, kesimpulan saya adalah kedua belah pihak ada salahnya. Sikap toleransi adalah kunci dari kerukunan hidup. Sikap sabar pasti akan mendapatkan berkah.

Menyatakan Pemimpin Negara Adalah Kafir Adalah Pernyataan Salah


Rhoma Irama: GAK MALU? Ibukota dipimpin Cina Kristen. Ini merupakan aib yang sangat besar bagi bangsa Indonesia.


Kafir merupakan sebuah istilah dalam Ajaran Islam. Kafir artinya orang yang menyembunyikan atau mengingkari kebenaran. Menurut Syariat Islam, manusia kafir adalah mengingkari Allah sebagai satu-satunya yang berhak disembah dan mengingkari Rasul Muhammad SAW sebagai utusan-Nya.

Dalam surat al-Maidah ayat 51 dinyatakan bahwa haramnya memilih pemimpin kafir adalah dakwah yang sangat diperlukan agar setiap Muslim bisa memilih jalan dengan benar sesuai tuntutan agama.

Sebenarnya, semua agama juga menuntut pemimpin yang benar-benar berwawasan, bijaksana dan bisa memimpin umat-Nya untuk hidup sesuai tuntutan ajaran agama. Bila pemimpin yang agama tersebut tidak mengenal ajaran-Nya, maka tentu saja ajaran yang diwartakan akan terbelit-belit dan tidak sesuai dengan kebenaran.

Tetapi di sini bukan mau membahas tentang kafir, tetapi hubungan kafir dengan negara. Negara adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu dan diorganisasikan oleh pemerintah yang sah, yang umumnya memiliki kedaulatan. 

Sejarah terbentuknya negara bisa dimulai dari manusia purba. Manusia mulai membentuk suatu persekutuan guna saling membantu. Persekutuan tersebut juga memiliki peraturan-peraturan tertentu, dan memiliki seorang ketua guna mengatur anggotanya agar mengikuti peraturan tersebut.

Tetapi lama-kelamaan, persekutuan seperti ini semakin membesar. Orang-orang yang dilingkupi di dalamnya pun memiliki ide yang berbeda-beda. Tetapi dasar negara tidak berubah, yaitu memiliki kedaulatan dan sejumlah peraturan untuk mengatur manusia di dalamnya, guna menciptakan kehidupan yang damai, tentram dan sejahtera. Oleh karena itu, pemimpin negara diwajibkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, serta mengawasi segala bidang kehidupan seperti bidang pertahanan, kesehatan, pendidikan dll.

Jadi, negara adalah sebuah persekutuan yang dibentuk manusia. Ruang lingkupnya meliputi banyak orang yang berbeda ide, negara harus bisa menciptakan kedamaian dan berusaha dalam mendorong pertumbuhan ekonomi agar manusia di dalamnya hidup sejahtera.

Jadi apa hubungannya kafir dengan negara? Sebenarnya tidak ada hubungannya. Kafir menyangkut ajaran agama. Kafir dapat menyebabkan ajaran agama terbelit-belit. Sedangkan negara menyangkut peraturan manusiawi. Walaupun ada pemimpin negara yang tidak bijak, itu pun tidak akan menyebabkan ajaran agama terbelit-belit.

Jadi, SALAH kalau menyebutkan pemimpin negara itu kafir. Yang dituntut oleh seorang pemimpin negara adalah kebijakannya dalam mengurus administrasi negara, sangkutannya mengenai duniawi.

Mari kita kembali ke topik di atas. Apakah pernyataan Rhoma Irama itu benar? Tentu saja SALAH, karena Rhoma Irama telah menyamakan ajaran agama dengan negara. Di Indonesia, dasar negara adalah pancasila dan UUD'45, tetapi Rhoma Irama justru ingin mengganggu kedaulatan Indonesia dengan menggantikan UUD'45 dengan kitab suci.

Selain itu, pernyataan seperti itu juga melecehkan kitab suci, karena kitab suci menyangkut Kerajaan Tuhan, sedangkan negara menyangkut peraturan manusiawi. Jadi, dosa besar kita samakan Kerajaan Tuhan dengan manusiawi.

Senin, 10 Oktober 2016

Fenonema Umat Konghucu Berpindah Agama



Menurut observasi masyarakat, semakin banyak umat Buddha yang telah berpindah agamanya ke agama lain. Tetapi menurut pengamatan saya, sebenarnya umat Buddha yang berpindah agama lebih jarang, malah yang sering saya temukan adalah umat Konghucu. Hanya saja karena Konghucu sering diidentikkan sebagai agama Buddha, jadi sering terjadi kesalahpahaman.

Umumnya, umat Konghucu akan memilih pindah agama ke Kristen atau Islam. Jarang ada umat Konghucu yang mau pindah ke agama Buddha karena umat Konghucu sendiri suka menyamakan ajaran-Nya dengan ajaran Buddha.

Pada umumnya, alasan yang menyebabkan seseorang berpindah agama adalah karena dia merasa dirinya tidak mendapatkan berkah dari agama asalnya, atau pun dia merasa berkahnya lebih dikit dibandingkan yang dia memberikan. Alasan tersebut adalah alasan yang sering saya temukan dalam kehidupan sehari-hari.

Tetapi sebenarnya orang yang berpikiran seperti itu adalah orang yang sesat. Seperti posting sebelumnya (klik di sini) bahwa umat Konghucu dan Buddha menjadi munafik bila sudah sesat dalam ajarannya. Jadi penyebab utama sebagian besar umat Konghucu berpindah agama adalah sesat.


Ciri-ciri umat Konghucu yang sesat adalah terlalu nikmat dalam persembahan, tetapi tidak melatih diri

Ciri-ciri utama dalam sembahyang umat Konghucu adalah menyediakan bahan persembahan, Bagi umat Konghucu, bahan yang disembahkan semua itu ada artinya, sehingga bahan tersebut harus disiapkan dalam kualitas dan jumlah yang cukup.

Tetapi bagi umat Konghucu yang sesat / munafik, semakin banyak bahan yang disembahkan, semakin banyak berkah yang dia dapatkan, sehingga munafik tersebut rela menghabiskan banyak uang untuk menyiapkan bahan persembahan. Dan menurut dia, rela memberi adalah suatu wujud perbuatan baik. Jadi, munafik tersebut merasa dirinya telah berbuat baik dan semoga berkahnya melimpah.

Tetapi munafik tersebut tidak tahu bahwa sebenarnya dia juga dituntut untuk berbuat baik dan rendah hati. Munafik tersebut tidak mau bertobat dari perbuatan dosa, tetap berkata-kata yang tidak jujur, melakukan perbuatan asusila, serta kebanyakan munafik juga merasa tinggi hati, terutama setelah dia menghabiskan banyak uang untuk menyediakan barang persembahan.

Selain itu, ciri-ciri dari umat Konghucu yang munafik itu adalah tidak mau bekerja keras. Mereka merasa Dewa-Dewa yang telah mereka sembahyangkan bagaikan "lampu Aladin" yang bisa mengabulkan segala impian mereka. Umumnya ditemukan adalah orang yang sembahyang meminta agar mendapat uang banyak, bahkan ada yang meminta agar bisnis orang lain menyusut agar bisnisnya sendiri membesar. 

Akhirnya, berkah yang mereka dapat hanya sedikit, bahkan sama sekali tidak ada, karena walaupun mereka telah menekuni persembahan, tetapi diri mereka tidak bertobat dari dosa. Namun munafik seperti itu tidak akan sadar akan hal itu, yang mereka perhitungkan hanyalah bahan yang disembahkan dibanding dengan berapa berkah yang mereka dapatkan.

Sebenarnya, fungsi utama para Dewa adalah menjaga ketentraman dan kesejahteraan. Permintaan mengenai keselamatan, kesehatan, kerjaan menjadi lancar atau kemakmuran itu wajar. Tapi kemakmuran di sini maksudnya mencukupi. Jadi, sama dengan agama lain, berkah sebenarnya yang disiapkan bagi umat Konghucu juga perbuatan baik dan rendah hati, bukan bahan persembahan.


Penyebab Umat Konghucu Sesat

Penyebab utama umat Konghucu sesat adalah kurangnya konsultasi. Seperti ciri-ciri munafik Konghucu yang disebutkan di atas bahwa orang seperti itu tidak tahu melatih diri.

Tetapi kenyataannya, hampir tidak ada sarana konsultasi yang disiapkan bagi umat-Nya. Semua umat yang melakukan sembahyang ke kelenteng (tempat sembahyang Konghucu) hanya sekedar sembahyang, tidak ada konsultasi berupa pewartaan ajaran dan penerangan tentang kebenaran seperti yang dilakukan di wihara, mesjid dan gereja. Hal ini juga menjadi sebab utama kesesatan umat Konghucu yang hanya menekuni persembahan.


Akhiran yang Menyedihkan

Dari semua hal yang dituliskan di atas, dapat disimpulkan bahwa umat Konghucu berpindah agama karena sesat, tidak tahu kebenaran dan hanya menginginkan berkah yang melimpah. Dengan kata lain, orang tersebut dapat diidentikkan sebagai munafik.

Terkadang ditemukan ada umat Konghucu yang telah memilih berpindah agama itu melakukan hal-hal yang menyedihkan, yaitu membakar patung Dewa dan tempat dupa yang ada di rumahnya, karena munafik tersebut merasa Dewa tersebut tidak berguna lagi, dan yang lebih parah lagi adalah karena setelah mereka berpindah agama, mereka menganggap patung Dewa yang telah lama mereka sembahyangkan hanyalah karangan manusia. Kadang munafik itu merasa dirinya bodoh karena menyembah patung, gara-gara mereka tidak mendapat berkah.

Padahal, perbuatan orang-orang tersebut sama persis dengan anak durhaka yang mengusir orang tuanya. Lebih parah lagi, membakar patung Dewa seperti itu identik dengan membunuh orang tua sendiri.

Kenyataan yang lebih parah yang saya temukan adalah ada satu kepala keluarga yang siap berpindah ke agama lain, kemudian dia meminta petinggi agama baru yang dia anut datang ke rumahnya untuk membongkar patung para Dewa.

Jadi, bagaimana seharusnya mereka membereskan patung Dewa bila mereka siap berpindah agama? Umumnya, Dewa yang disembahkan memiliki kelenteng tersendiri yang menjadi pusat persembahan. Bila umat tersebut siap berpindah agama, seharusnya tempat dupa dan patung Dewa tersebut dibawa ke kelenteng yang bersangkutan.


Kesimpulan

Di sini saya tidak bermaksud untuk menghentikan orang yang berpindah agama, semuanya tergantung keinginan diri-sendiri. Tetapi saya mengimbau agar menekuni lebih dalam ajaran agama sendiri sebelum membandingkan berapa berkah yang bisa didapatkan.

Minggu, 09 Oktober 2016

Umat Beragama yang Tidak Sabar

Kenapa di lingkungan sekitar kita sering ditemukan ada konflik antar umat beragama? Hal umum yang kita tahu adalah karena orang-orang tersebut saling menegakkan ajaran agamanya dan mengejek ajaran agama lain. Seperti yang dituliskan pada post sebelumnya, kelemahan agama adalah tidak mengajarkan umat-Nya untuk menghormati agama lainnya, yang dibicarakan pasti ajaran agama yang satu saja.

Tetapi kenapa hal itu bisa terjadi? Karena para umat beragama melakukan 2 kesalahan yang sama. Yang pertama adalah tinggi hati, tinggi hati menyebabkan seseorang merasa dirinya paling benar, tidak mau mendengar masukan orang lain dan menganggap yang berbeda pandangan itu salah. 

Dan yang kedua adalah tidak sabar. Sebenarnya, setiap agama menuntut kepada umat-Nya untuk bersabar. Arti dari kesabaran di sini maksudnya sabar menghadapi tantangan, sabar supaya tidak melakukan dosa dan sabar menantikan berkah yang dijanjikan. Tetapi hal itu susah diwujudkan, terutama dalam menghadapi tantangan. Setiap orang yang mengalami kesulitan pasti akan menyalahkan Tuhan, karena menurut orang itu dirinya sangat setia dalam beriman, tetapi Tuhan tidak memberkatinya. Orang tersebut akan merasa berkah yang dijanjikan kok tidak sampai-sampai. 

Akhirnya, orang-orang tersebut akan memilih jalan pintas untuk mendapatkan berkah, yaitu tetap melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, tetapi sudah kehilangan kesabarannya. Selain itu, jalan pintas tersebut sebenarnya membawa kita menuju arah yang salah, atau dengan kata lain "sesat". Akhirnya orang tersebut tidak sadar bahwa dirinya telah melakukan dosa. Dosa tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk mewartakan ajaran yang salah, memaksakan kehendak, serta mengejek ajaran agama lainnya. Akhirnya, kerukunan masyarakat pasti terganggu.

Dari ajaran agama yang diakui di Indonesia, saya sering nampak ada umat dari suatu agama yang tidak tahu kesabaran. Biar mudah, sebutkan saja istilah munafik. Ada 3 agama yang sering saya temukan umat-Nya yang munafik, yaitu Islam, Kristen dan Buddha. Kalau Hindu baru sedikit saya temukan, jadi saya tidak bisa ambil kesimpulan.


Umat Buddha yang Tidak Sabar

Dalam agama Buddha serta Konghucu, untuk mendapatkan berkah, umat-Nya dituntut melatih diri untuk berbuat baik, sabar dan rendah hati, serta memberi kepada yang kurang mampu. Sistem beribadah kedua agama tersebut adalah menyembah Buddha (umat Buddha) dan dewa (umat Konghucu) yang dilambangkan dengan patung.

Namun kesalahan yang dilakukan umat munafik Buddha serta umat Konghucu adalah sesat. Sesat di sini maksudnya terlalu nikmat dalam menyembah, tetapi tidak tahu apa itu kesabaran dan berbuat baik. Saya pernah lihat ada rumah tempat tinggal suatu keluarga yang memiliki patung Buddha sebanyak 20-an, padahal itu tempat tinggal biasa. Tetapi apakah dirinya mendapatkan berkah yang 20x lipat? Tidak juga, karena suami istri keluarga itu sering bertengkar gara-gara dupa.

Hal yang kedua adalah tidak tahu bersabar dan berbuat baik. Jujur saja, berbuat baik itu sangat susah, karena berbuat baik harus meluangkan tenaga dan waktu. Akhirnya jalan pintas yang dipilih munafik tersebut adalah menyumbangkan uang. Seperti yang dikatakan pada 2 paragraf sebelumnya, memberi kepada yang kurang mampu adalah cara mendapat berkah juga. Dan menyumbangkan uang itu sangat mudah, karena setelah menyumbang uang, kita tak perlu lagi peduli nasib para penerima uang, yang penting kita sudah memberi uang tersebut. Tetapi dalam pikirannya hanya mendapatkan berkah, tidak benar-benar ikhlas.

Sebenarnya berkah tersebut didapatkan bila kita sudah rendah hati dan berbuat baik dengan ikhlas. Bukan menyembah dalam jumlah yang besar, ataupun hanya sekedar memberi.

Hal tersebut juga menjadi cikal-bakal dalam kerukunan. Umat Buddha yang munafik seperti itu (tinggi hati, tidak sabar) dari mulutnya sering muncul kata-kata untuk berbuat baik, tetapi tujuannya hanya agar mendapatkan berkah, sebenarnya dirinya sendiri belum melatih diri. Dia menganggap dirinya paling benar karena dirinya telah menyembah banyak patung Buddha dan meyumbangkan banyak uang. Padahal dirinya tetap melakukan dosa, mengejek orang yang beda ide dan merendahkan orang lain karena merasa dirinya telah banyak menerima berkah. Akhirnya itulah yang menyebabkan konflik, baik terhadap umat se-agama, maupun berbeda agama. 


Umat Kristen yang Tidak Sabar 

Dalam ajaran agama Kristen umat-Nya dituntut untuk menjadi saksi Yesus dan mewartakan Injil. Itu adalah umumnya yang diketahui orang, sebenarnya dalam ajaran agama Kristen, umat-Nya juga dituntut untuk berbuat baik, sabar dan rendah hati dalam mewartakan Injil. Umat Kristen juga dijanjikan berkah bila sudah percaya dengan ajaran-Nya dan mau mewartakan ajaran-Nya.

Tetapi dalam kehidupan sehari-hari saya juga menemukan ada munafik di antara komunitas tersebut. Munafik tersebut berlaku seperti salesman yang menyampaikan informasi ke mana-mana, terutama kepada umat yang berbeda agama, agar umat yang berbeda agama itu mengikuti langkah dia.

Selain itu, bagi umat yang munafik, mereka hanya melihat berkah, mereka tidak tahu kesabaran dan rendah hati. Akhirnya, dalam proses pewartaan tersebut dia sering menyinggung ajaran agama lainnya dan menyatakan betapa baiknya ajaran yang dia anut, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

Sebenarnya umat Kristen juga dituntut untuk berbuat baik, dan pewartaan yang sebenarnya adalah berbuat baik juga, serta mengasihi, bukan seperti yang dilakukan munafik tersebut, seolah-olah seperti melakukan promosi saja. 


Umat Islam yang Tidak Sabar

Dalam ajaran agama Islam, umat-Nya dituntut untuk menegakkan Kerajaan Tuhan. Tetapi sebenarnya, umat-Nya juga dituntut untuk berkesabaran dan berbuat baik dalam mewartakan Kerajaan Tuhan.

Sabar di sini maksudnya juga sama dengan agama lain, yaitu menahan diri dari perbuatan dosa, sikap yang berlebihan dan pemborosan harta.

Namun saya juga menemukan ada munafik di antara komunitas itu. Munafik tersebut juga tidak tahu bersabar. Munafik tersebut tidak kuat menghadapi tantangan. Dia akan menganggap segala tantangan adalah perbuatan iblis. Iblis tentu saja bertentangan dengan Tuhan, sehingga akhirnya munafik tersebut akan berusaha menyamakan segala keadaan sesuai keinginannya sendiri. Namun seperti contoh munafik dari Agama Buddha, dia menganggap dirinya sedang menegakkan kebenaran.

Kita bisa lihat ada ormas yang melakukan mendesak masyarakat agar menutup warung makan pada siang hari di Bulan Ramadhan, mendesak agar tidak memilih pemimpin non-Muslim serta mendesak agar rumah makan BPK di Sumatera Utara tutup. Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan yang sesuai dengan pandangannya. Sebenarnya mereka tidak kuat menghadapi tantangan, dan akhirnya tingkah laku tersebut secara tidak sengaja menjadi memaksakan kehendak.


Kesimpulan

Agar tercipta lingkungan masyarakat yang damai sejahtera, setiap umat beragama, baik dari Agama apapun, kita harus tahu sikap bersabar dan rendah hati. Dengan adanya sikap sabar dan rendah hati, kita baru bisa menghormati segala perbedaan. Dengan menghormati segala perbedaan, kita baru bisa menyampaikan ajaran agama dengan benar. 

Kamis, 29 September 2016

Semua Agama Sama, Hanya Penyampaiannya Beda

Tidak sedikit antar umat beragama suka berdebat membicarakan agama mana yang lebih baik, baik melalui media massa maupun dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kerukunan masyarakat sering terganggu. Setiap orang pasti membela ajaran agamanya sendiri dan membanggakan ajarannya, sehingga pada akhirnya orang tersebut akan berusaha mengajak yang lainnya untuk mengikuti ajaran agamanya, ataupun memaksakan kehendaknya kepada orang lain untuk mengikuti kegiatan agamanya, dan akhirnya terjadilah konflik.

Kenapa hal itu terjadi? Karena orang yang suka membanggakan agamanya sendiri:
1. tidak mengenal ajaran agama yang lainnya,
2. sesat dalam ajarannya sendiri.

Kedua hal di atas itu adalah sikap munafik. Orang tersebut merasa dirinya paling benar dan melihat hal-hal lainnya itu salah, padahal dirinya sendiri sudah menjauhi ajaran yang sebenarnya. Tapi jika orang tersebut menjadi munafik "hanya" dalam lingkungannya sendiri, mungkin tingkat ketidak rukunan akan lebih rendah, karena hanya melingkupi lingkungannya sendiri. 

Jadi sebenarnya penyebab yang menghancurkan kerukunan lingkungan itu adalah tidak saling memahami. Kini Indonesia mengakui 6 agama, yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu. Masing-masing agama tersebut memiliki cara sembahyang yang berbeda, informasi yang berbeda, berkah yang berbeda, tetapi sebenarnya misi semua agama tersebut sama, yaitu berbuat baik.

Semua agama mengajarkan manusia untuk berbuat baik, namun menurut pandangan saya, yang membuat perbedaan adalah cara penyampaiannya, tapi sebenarnya tidak jauh beda. Dalam agama Islam, Kristen Katolik dan Kristen Protestan mengajarkan "untuk mendapat berkah, maka berbuat baiklah. Sedangkan dalam agama Buddha, Konghucu dan Hindu mengajarkan "berbuat baiklah untuk mendapatkan berkah".

Coba lihat bagan di bawah:


Jadi, tidak ada agama yang lebih baik, tapi agama akan menjadi terbaik bila kita sudah memahaminya. Yang menyebabkan perdebatan agama mana yang lebih baik sebenarnya adalah manusia, bukan Yang Maha Kuasa. Bila agama menyebabkan konflik, maka itu bukan ajaran Yang Maha Kuasa, tetapi ajaran manusia.

Jumat, 26 Agustus 2016

Ada Apa Dengan Tanda Salib?

Beberapa hari ini ditemukan dua artikel yang mengeluh tanda salib. Pertama adalah keluhan terhadap pakaian paskibra yang bermotif salib. Kali ini ditemukan pula ada warga yang menghimbau kepada rakyat untuk berhenti menggunakan listrik PLN, gara-gara tiang listrik bermotif salib.







Apakah pengunggah artikel tersebut benar-benar ingin menegakkan ajaran-Nya? Menurut saya, itu hanya kebiasaan kaum munafik yang ingin menjadikan situasi lingkungan sesuai pikirannya. Kita bisa lihat pemberontakan terhadap babi panggang karo. Apa kesalahan mereka menjual makanan adat mereka untuk menghidupkan keluarga mereka? Kesalahannya adalah karena tidak sesuai dengan pemikiran para kaum munafik. Para kaum munafik menginginkan situasi yang serasi dengan pemikiran mereka.

Oleh karena itu, menurut saya, kedua hal di atas, baik jaket paskibra maupun tiang listrik, hal tersebut menjadi kegelisahan karena tokoh tersebut sendiri yang tidak suka dengan tiang itu, dan kemudian menggunakan kuasa medsos untuk menyampaikan provokasi. Tokoh tersebut cemas kehilangan peminat yang bersatu pikiran dengan dirinya.

Untuk penyelesaian masalah ini. Jika para kaum munafik tersebut begitu sensitif terhadap tanda salib, maka pelajaran matematika seharusnya dihapus dari pembelajaran sekolah, karena di dalam matematika juga ada tanda salib, seperti di bawah ini:


Sedangkan untuk tiang listrik, bentuk tiang yang di atas memang nampak agak bahaya. Jika tanahnya gersang, tiang itu akan runtuh. Jadi, sebaiknya tiang listrik seharusnya berbentuk seperti gambar di bawah ini:


Jumat, 19 Agustus 2016

Munafik Petinggi Agama: Indonesia Milik Muslim

Amir Majelis Mujahidin Al Ustadz Muhammad Thalib Al Yamani menegaskan bahwa Indonesia milik umat Islam, bukan milik kaum liberal, bukan milik orang lain. Pernyataan ini berbasis pada sejarah Indonesia, dimana umat Islam lah dengan ajaran jihadnya berperang melawan kaum imperialis saat itu.

"Kita (kaum Muslimin-red) yang berdarah-darah tahun 1945, bukan orang Kristen, bukan orang liberal,  bukan orang sekuler. Bukan mereka yang berdarah-darah," tegas Ustadz Thalib bersemangat di Pamulang, Tangerang Selatan, Sabtu (9/8/2014).



Pendapat saya: 

Seperti yang saya katakan kemarin, setiap agama hanya mengajarkan percaya pada satu Tuhan, dan tidak pernah mengajarkan kepada umatnya untuk menghormati ajaran agama lain. Sebaliknya, setiap agama pun mengajak umat-Nya untuk mewartakan ajaran agama-Nya. Jadi tidak heran seorang munafik yang telah bergelar Ustadz ini menyatakan perihal seperti itu. 

Tetapi, bila membicarakan tentang sejarah Indonesia, maka menurut teori Ustadz Thalib, seharusnya Indonesia ini milik umat Hindu.

Agama Hindu telah memasuki Indonesia sejak abad pertama masehi, disusul dengan agama Buddha pada abad ke-6, kemudian Islam pada abad ke-12, dan yang terakhir Kristen pada abad ke-16.

Tetapi kenapa penganut agama Hindu adalah yang paling sedikit di Indonesia? Karena penduduk Indonesia dari zaman ke zaman membuang agamanya sendiri ketika agama yang baru masuk ke Indonesia. Tetapi karena agama Kristen masuk bersamaan saat Belanda menduduki Indonesia, sehingga peminatnya sedikit. 

Jadi, menurut teori sejarah yang diungkapkan Ustadz Thalib, sebenarnya penduduk Indonesia adalah asli Hindu, jadi pahlawan-pahlawan nasional sebenarnya juga keturunan agama Hindu. 

Bila Anda sekalian mengakui teori sejarah yang diungkapkan Ustadz Thalib, maka seharusnya Anda kembali pada agama Hindu, agama asli milik Indonesia. Bila Anda mengakui Indonesia milik kita bersama, maka Anda tetap bisa menganut agama menurut Iman Anda.

Senin, 08 Agustus 2016

Munafik Umat Buddha Menyampaikan Hukum Karma Palsu






Kini organisasi-organisasi agama Buddha sedang heboh membicarakan tentang Bapak pada gambar di atas, mengenai ajaran sesat yang diwartakannya. 

Bapak Lu Jun Hong, menyatakan dirinya adalah pelahiran kembali dari Avalokitesvara. Ajaran yang diwartakannya, Guan Yin Citta Dharma Door, selama bertahun-tahun ini telah menarik kepercayaan berpuluhan ribu umat Buddha untuk mengikuti ajarannya. Bapak Lu Jun Hong menyatakan hukum karma di mana kita terlahir kembali dengan nasib tertentu, yang telah ditakdirkan sesuai karma yang kita buat dalam kehidupan masa lalu. Beliau juga menyatakan dirinya dapat mengetahui identitas seseorang dalam kehidupan sebelumnya, dan melihat bagaimana kehidupan dia waktu itu, sehingga apa yang menjadi takdir dia dalam kehidupan baru ini.

Namun sebenarnya, selama bertahun-tahun ini juga ajaran yang diwartakannya sering mendapat kritikan dari berbagai organisasi Agama Buddha. Bersamaan berdirinya pusat pewartaan Citta Dharma Door di Malaysia, kini sebanyak 67 organisasi Agama Buddha dari berbagai negara telah berkumpul di Batu Pahat, Malaysia untuk mengadakan forum pertemuan organisasi Agama Buddha yang membahas ajaran sesat ini. Forum tersebut dihadiri 3.000 pengunjung.

Melalui forum ini telah dibahas bahwa sebenarnya tidak ditemukan bahwa adanya Ajaran Guan Yin Citta Dharma Door ini dalam ajaran Agama Buddha. Ajaran tersebut hanya sekedar ajaran sesat yang dikreasikan sendiri oleh Bapak Lu Jun Hong tersebut. 

Dalam Ajaran Guan Yin Citta Dharma Door ini menyatakan ajaran hukum karma, bahwa segala nasib yang dihadapi seseorang saat ini adalah takdir yang merupakan hasil karma yang terbawa dari kehidupan sebelumnya. Nasib malang saat ini karena perbuatan jahat dalam kehidupan sebelumnya, dan nasib baik saat ini karena perbuatan baik dalam kehidupan sebelumnya. Ajaran ini mengajak orang untuk menghadapi nasibnya, karena segala sesuatu itu telah ditakdirkan berdasarkan karmanya.

Namun hukum karma tersebut juga mendapat penyangkalan. Salah seorang bhikku menyatakan bahwa hukum karma tentang kehidupan masa lalu itu tidak ada. Tetapi kenapa seseorang bisa mengalami sakit parah atau kekurangan, itu karena memang dia sendiri yang merusak jasmaninya sendiri maupun rohaninya, dan karena dia tidak mau bekerja keras. 

Meninggalkan segala sesuatu duniawi itu disebut bertobat, yang arti sebenarnya adalah penyesalan. Untuk mencapai itu, dia harus mempunyai niat yang baik, baik terhadap diri-sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Bila dia mempercayakan ajaran Buddha, dia pasti akan mendapat keselamatan. Oleh karena itu, hukum karma yang dinyatakan dalam Ajaran Citta Dharma Door itu sama sekali salah.

Melalui forum pertemuan organisasi Agama Buddha tersebut, bhikku menyampaikan nasehat kepada semua orang agar terus berniat dan berbuat baik, sehingga tidak akan tersesat dalam ajaran yang salah.

Jumat, 05 Agustus 2016

Apakah Agama Masih Menciptakan Kedamaian?

Agama berasal dari kata a = tidak, gama = kacau, jadi agama artinya keteraturan dan peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu. Dari sudut sosiologi, agama adalah tindakan dalam diri tiap orang yang percaya akan kekuatan tertentu agar dirinya dan masyarakat mendapat keselamatan.

Sayangnya, pada kenyataan sehari-hari agama telah hilang fungsinya, terutama karena dalam dunia ini terdapat bermacam-macam ajaran agama. Namun alasan yang paling dasar adalah karena agama memiliki kekurangan, yaitu setiap agama mempercayakan 1 Tuhan saja, dan ajaran agama tidak pernah mengajarkan umat-Nya untuk menghormati umat agama lain. Tiap ajaran agama justru mengajarkan agar mengajak semua orang untuk ikut dalam ajaran-Nya.

Saya pernah lihat bacaan seperti ini, Islam itu indah, Buddha itu damai, Katolik dan Kristen itu kasih dan Hindu itu cinta. Namun pada kenyataannya, untuk mencapai tujuan tersebut, manusia justru menjadi munafik. Mereka merasa dirinya dan ajaran-Nya yang paling benar. Mereka ingin menciptakan suasana yang sesuai dengan keinginan mereka agar tercapai hal tersebut di atas. Tapi munafik hari ini semakin banyak, dan melalui media sosial mereka bisa menyampaikan pikiran mereka secara leluasa, sehingga kekacauan pun terjadi.

Di sini saya ingin membahas tentang pikiran para munafik dari setiap agama. Namun jumlah umat Hindu di Indonesia agak sedikit, sehingga saya belum pernah melihat munafik yang berasal dari Hindu. Jadi saya bahas yang lainnya saja.

Disebut agama Buddha itu damai, tapi menurut saya damai bisa terjadi apabila satu pandangan. Suatu perkumpulan bisa damai apabila setiap orang mengikuti satu aturan. Menurut munafik yang berasal dari agama Buddha, mereka tetap belajar saling memaafkan, saling menyayangi antar makhluk hidup dan mereka menekuni hukum karma. Tetapi yang mereka jalankan hanya untuk diri orang lain. Munafik tersebut tidak menyadari dirinya telah bersalah. Mereka mungkin telah membuat orang lain merasa tidak nyaman, perkataan mereka telah menyinggung orang lain, tetapi kemudian mereka mengajarkan orang lain tersebut tentang hukum kasih, sehingga diri mereka bisa dimaafkan. Mereka tidak pernah menyadari dosa terbesar yang dilakukan dirinya sendiri.

Kemudian disebut agama Katolik dan Kristen itu kasih. Minta waktu sejenak, sebenarnya keduanya adalah Kristen, yang satu Kristen Katolik, dan yang satu lagi Kristen Protestan. Tapi menurut saya kasih bisa terjadi apabila satu pikiran. Munafik yang berasal dari agama Kristen melakukan berbagai cara agar setiap orang bisa diajak untuk mengikuti pikiran mereka. Setiap kasih yang diberi munafik tersebut bermaksud agar setiap manusia memiliki pikiran yang sama. Saya pun pernah melihat umat Kristen yang mengucilkan orang lain karena orang tersebut tidak mau mengikuti ajarannya sama sekali.

Yang terakhir, Islam itu indah. Tapi menurut saya indah itu terjadi apabila satu situasi. Pemilik rumah merasa rumahnya indah bila dekorasi rumah sesuai pikirannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, munafik yang berasal dari agama Islam berambisi cukup kuat, mereka mewartakan ajaran-Nya melalui politik, hukum dan pembangunan nasional. Mereka ingin semua orang dan kondisi dalam kota tertentu, dalam negara tertentu, hingga dunia serasi dengan pikiran mereka. Tujuannya agar situasinya sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Contohnya pemberontakan FPI di Sumatera Utara mendesak babi panggang karo tutup, dan usulan warung makan harus tutup di bulan Ramadhan. Tujuannya agar situasinya indah, sesuai yang diinginkan, dan untuk mencapai tujuan itu mereka harus mengusir non-muslim dari negara ini.

Posting ini bukan bermaksud menghancurkan ketekunan, tetapi agar para pembaca sekalian jadikan posting ini sebagai cermin untuk melihat setiap kesalahan yang secara sembunyi muncul, dan bagi mereka yang belum menyadari adanya kesalahan tersebut.