Ketika saya membahas hubungan antara politik dan agama menurut pandangan ajaran Buddha, saya menemukan sebuah kutipan yang berkesan:
"Ketika agama dilibatkan ke politik, maka agama tidak lagi memberikan keteladanan moral, dan derajat-Nya pun direndahkan."
Ajaran Buddha yang telah diwariskan selama 2.500 lebih, ternyata kebenarannya tidak perlu diragukan. Hal tersebut telah nyata ditayangkan di Indonesia. Seperti peristiwa yang sedang panas terjadi sekarang, di mana gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, alias Ahok, dinyatakan oleh Muslim bahwa pembicaraan beliau di Pulau Seribu telah menghina Al-Quran. Kini, Front Pembela Islam (FPI) sedang menyatakan ancaman bagi Indonesia jika kasus Ahok tidak ditangani.
Ketika hal itu terjadi, pandangan saya adalah kemungkinan Ahok mau membantah pernyataan dalam Al-Quran, di mana Allah tidak memperbolehkan kaum kafir menjadi pemimpin, sehingga timbullah emosinya. Tetapi setelah saya memahami kutipan di atas itu, saya mengerti bahwa pembantahan Ahok itu hanya permukaan masalah, penyebab yang paling dasar dalam hal ini adalah karena para petinggi Muslim sendiri yang telah menghina Al-Quran, ketika mereka membincangkan urusan politik dengan menggunakan ayat suci.
Politik diibaratkan sebagai kekuatan yang dicari banyak orang, sehingga dalam politik terdapat keserakahan, keegoisan dan kebencian. Sedangkan agama adalah moralitas yang bertujuan untuk menyebarkan kedamaian. Oleh karena itu, bila agama dilibatkan ke dalam politik, maka agama akan tertular penyakit-penyakit yang ada pada politik, sehingga agama akan kehilangan fungsi utamanya dalam menciptakan kedamaian.
Rhoma Irama menyebutkan isi surat Al-Maidah ayat 51 yang melarang Muslim untuk memilih pemimpin kafir. Beliau juga menyatakan sanksi keras yang akan dijatuhkan kepada Muslim, serta mengimbau Muslim dan seluruh warga Indonesia agar tidak memilih pemimpin kafir, bagaikan memilih kucing dalam karung. (klik sini)
Sebenarnya pembicaraan Rhoma Irama telah merendahkan Al-Quran, dari tingkat Yang Maha Esa menjadi tingkat propinsi, karena kafir yang dimaksudkan Rhoma Irama di situ adalah orang yang menjabat menjadi gubernur. Persyaratan menjadi gubernur ditentukan negara, dan negara dibentuk manusia. Berarti Ayat Suci tersebut telah diperlakukan Rhoma Irama seperti ayat hukum negara yang dibuat manusia. Dengan kata lain, Rhoma Irama telah menyamakan Allah dengan manusia.
Akibatnya ayat suci Al-Quran disamakan dengan ayat negara, tentu saja menimbulkan efek sampingan seperti keluhan, keraguan, perbincangan, yang akhirnya menyebabkan kebencian, kemarahan, cemburu dan hilangnya akal sehat. Emosi tersebut menunjukkan bahwa agama sudah hilang fungsi utama-Nya dalam menciptakan kedamaian.
Sebagai contoh nyata yaitu ancaman FPI yang berupa:
"Saya dan yang berada disini semua siap jika harus mati demi membela agama Allah. Bahkan jika harus membunuh Ahok sekalipun. Bagi kami ayat suci di atas konstitusi!"
Hal itu menunjukkan bahwa FPI sudah hilang kesadarannya, yaitu kesadaran bahwa mereka bukan membela agama, tetapi mencemari agama serta mengganggu kedaulatan negara:
1. "....... demi membela Allah. Bahkan jika harus membunuh Ahok sekalipun......" menunjukkan bahwa FPI merenungkan ajaran-Nya sebagai kriminalitas. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, setiap agama mengajak orang lain agar percaya dan mengikuti ajaran-Nya, bukan membunuh orang yang mengejek ajaran-Nya.
2. "........ Bagi kami ayat suci di atas konstitusi!" menunjukkan bahwa FPI ingin menggusur kedaulatan negara dan menggantikan UUD dan pancasila dengan menggunakan ayat suci. Hal ini sama saja seperti perjuangan PKI.
Saya percaya bahwa setiap ajaran agama mengajarkan kedamaian, saling menyayangi dan lingkungan. Jadi, tentu saja tindakan FPI tidak diajarkan dalam ajaran agama, tetapi jelas itu adalah efek samping gara-gara ajaran agama tercemar oleh sikap negatifnya politik.
Sebagai contoh nyata yaitu ancaman FPI yang berupa:
"Saya dan yang berada disini semua siap jika harus mati demi membela agama Allah. Bahkan jika harus membunuh Ahok sekalipun. Bagi kami ayat suci di atas konstitusi!"
Hal itu menunjukkan bahwa FPI sudah hilang kesadarannya, yaitu kesadaran bahwa mereka bukan membela agama, tetapi mencemari agama serta mengganggu kedaulatan negara:
1. "....... demi membela Allah. Bahkan jika harus membunuh Ahok sekalipun......" menunjukkan bahwa FPI merenungkan ajaran-Nya sebagai kriminalitas. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, setiap agama mengajak orang lain agar percaya dan mengikuti ajaran-Nya, bukan membunuh orang yang mengejek ajaran-Nya.
2. "........ Bagi kami ayat suci di atas konstitusi!" menunjukkan bahwa FPI ingin menggusur kedaulatan negara dan menggantikan UUD dan pancasila dengan menggunakan ayat suci. Hal ini sama saja seperti perjuangan PKI.
Saya percaya bahwa setiap ajaran agama mengajarkan kedamaian, saling menyayangi dan lingkungan. Jadi, tentu saja tindakan FPI tidak diajarkan dalam ajaran agama, tetapi jelas itu adalah efek samping gara-gara ajaran agama tercemar oleh sikap negatifnya politik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.