Rhoma Irama: GAK MALU? Ibukota dipimpin Cina Kristen. Ini merupakan aib yang sangat besar bagi bangsa Indonesia.
Kafir merupakan sebuah istilah dalam Ajaran Islam. Kafir artinya orang yang menyembunyikan atau mengingkari kebenaran. Menurut Syariat Islam, manusia kafir adalah mengingkari Allah sebagai satu-satunya yang berhak disembah dan mengingkari Rasul Muhammad SAW sebagai utusan-Nya.
Dalam surat al-Maidah ayat 51 dinyatakan bahwa haramnya memilih pemimpin kafir adalah dakwah yang sangat diperlukan agar setiap Muslim bisa memilih jalan dengan benar sesuai tuntutan agama.
Sebenarnya, semua agama juga menuntut pemimpin yang benar-benar berwawasan, bijaksana dan bisa memimpin umat-Nya untuk hidup sesuai tuntutan ajaran agama. Bila pemimpin yang agama tersebut tidak mengenal ajaran-Nya, maka tentu saja ajaran yang diwartakan akan terbelit-belit dan tidak sesuai dengan kebenaran.
Tetapi di sini bukan mau membahas tentang kafir, tetapi hubungan kafir dengan negara. Negara adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu dan diorganisasikan oleh pemerintah yang sah, yang umumnya memiliki kedaulatan.
Sejarah terbentuknya negara bisa dimulai dari manusia purba. Manusia mulai membentuk suatu persekutuan guna saling membantu. Persekutuan tersebut juga memiliki peraturan-peraturan tertentu, dan memiliki seorang ketua guna mengatur anggotanya agar mengikuti peraturan tersebut.
Tetapi lama-kelamaan, persekutuan seperti ini semakin membesar. Orang-orang yang dilingkupi di dalamnya pun memiliki ide yang berbeda-beda. Tetapi dasar negara tidak berubah, yaitu memiliki kedaulatan dan sejumlah peraturan untuk mengatur manusia di dalamnya, guna menciptakan kehidupan yang damai, tentram dan sejahtera. Oleh karena itu, pemimpin negara diwajibkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, serta mengawasi segala bidang kehidupan seperti bidang pertahanan, kesehatan, pendidikan dll.
Jadi, negara adalah sebuah persekutuan yang dibentuk manusia. Ruang lingkupnya meliputi banyak orang yang berbeda ide, negara harus bisa menciptakan kedamaian dan berusaha dalam mendorong pertumbuhan ekonomi agar manusia di dalamnya hidup sejahtera.
Jadi apa hubungannya kafir dengan negara? Sebenarnya tidak ada hubungannya. Kafir menyangkut ajaran agama. Kafir dapat menyebabkan ajaran agama terbelit-belit. Sedangkan negara menyangkut peraturan manusiawi. Walaupun ada pemimpin negara yang tidak bijak, itu pun tidak akan menyebabkan ajaran agama terbelit-belit.
Jadi, SALAH kalau menyebutkan pemimpin negara itu kafir. Yang dituntut oleh seorang pemimpin negara adalah kebijakannya dalam mengurus administrasi negara, sangkutannya mengenai duniawi.
Mari kita kembali ke topik di atas. Apakah pernyataan Rhoma Irama itu benar? Tentu saja SALAH, karena Rhoma Irama telah menyamakan ajaran agama dengan negara. Di Indonesia, dasar negara adalah pancasila dan UUD'45, tetapi Rhoma Irama justru ingin mengganggu kedaulatan Indonesia dengan menggantikan UUD'45 dengan kitab suci.
Selain itu, pernyataan seperti itu juga melecehkan kitab suci, karena kitab suci menyangkut Kerajaan Tuhan, sedangkan negara menyangkut peraturan manusiawi. Jadi, dosa besar kita samakan Kerajaan Tuhan dengan manusiawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.