Minggu, 09 Oktober 2016

Umat Beragama yang Tidak Sabar

Kenapa di lingkungan sekitar kita sering ditemukan ada konflik antar umat beragama? Hal umum yang kita tahu adalah karena orang-orang tersebut saling menegakkan ajaran agamanya dan mengejek ajaran agama lain. Seperti yang dituliskan pada post sebelumnya, kelemahan agama adalah tidak mengajarkan umat-Nya untuk menghormati agama lainnya, yang dibicarakan pasti ajaran agama yang satu saja.

Tetapi kenapa hal itu bisa terjadi? Karena para umat beragama melakukan 2 kesalahan yang sama. Yang pertama adalah tinggi hati, tinggi hati menyebabkan seseorang merasa dirinya paling benar, tidak mau mendengar masukan orang lain dan menganggap yang berbeda pandangan itu salah. 

Dan yang kedua adalah tidak sabar. Sebenarnya, setiap agama menuntut kepada umat-Nya untuk bersabar. Arti dari kesabaran di sini maksudnya sabar menghadapi tantangan, sabar supaya tidak melakukan dosa dan sabar menantikan berkah yang dijanjikan. Tetapi hal itu susah diwujudkan, terutama dalam menghadapi tantangan. Setiap orang yang mengalami kesulitan pasti akan menyalahkan Tuhan, karena menurut orang itu dirinya sangat setia dalam beriman, tetapi Tuhan tidak memberkatinya. Orang tersebut akan merasa berkah yang dijanjikan kok tidak sampai-sampai. 

Akhirnya, orang-orang tersebut akan memilih jalan pintas untuk mendapatkan berkah, yaitu tetap melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, tetapi sudah kehilangan kesabarannya. Selain itu, jalan pintas tersebut sebenarnya membawa kita menuju arah yang salah, atau dengan kata lain "sesat". Akhirnya orang tersebut tidak sadar bahwa dirinya telah melakukan dosa. Dosa tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk mewartakan ajaran yang salah, memaksakan kehendak, serta mengejek ajaran agama lainnya. Akhirnya, kerukunan masyarakat pasti terganggu.

Dari ajaran agama yang diakui di Indonesia, saya sering nampak ada umat dari suatu agama yang tidak tahu kesabaran. Biar mudah, sebutkan saja istilah munafik. Ada 3 agama yang sering saya temukan umat-Nya yang munafik, yaitu Islam, Kristen dan Buddha. Kalau Hindu baru sedikit saya temukan, jadi saya tidak bisa ambil kesimpulan.


Umat Buddha yang Tidak Sabar

Dalam agama Buddha serta Konghucu, untuk mendapatkan berkah, umat-Nya dituntut melatih diri untuk berbuat baik, sabar dan rendah hati, serta memberi kepada yang kurang mampu. Sistem beribadah kedua agama tersebut adalah menyembah Buddha (umat Buddha) dan dewa (umat Konghucu) yang dilambangkan dengan patung.

Namun kesalahan yang dilakukan umat munafik Buddha serta umat Konghucu adalah sesat. Sesat di sini maksudnya terlalu nikmat dalam menyembah, tetapi tidak tahu apa itu kesabaran dan berbuat baik. Saya pernah lihat ada rumah tempat tinggal suatu keluarga yang memiliki patung Buddha sebanyak 20-an, padahal itu tempat tinggal biasa. Tetapi apakah dirinya mendapatkan berkah yang 20x lipat? Tidak juga, karena suami istri keluarga itu sering bertengkar gara-gara dupa.

Hal yang kedua adalah tidak tahu bersabar dan berbuat baik. Jujur saja, berbuat baik itu sangat susah, karena berbuat baik harus meluangkan tenaga dan waktu. Akhirnya jalan pintas yang dipilih munafik tersebut adalah menyumbangkan uang. Seperti yang dikatakan pada 2 paragraf sebelumnya, memberi kepada yang kurang mampu adalah cara mendapat berkah juga. Dan menyumbangkan uang itu sangat mudah, karena setelah menyumbang uang, kita tak perlu lagi peduli nasib para penerima uang, yang penting kita sudah memberi uang tersebut. Tetapi dalam pikirannya hanya mendapatkan berkah, tidak benar-benar ikhlas.

Sebenarnya berkah tersebut didapatkan bila kita sudah rendah hati dan berbuat baik dengan ikhlas. Bukan menyembah dalam jumlah yang besar, ataupun hanya sekedar memberi.

Hal tersebut juga menjadi cikal-bakal dalam kerukunan. Umat Buddha yang munafik seperti itu (tinggi hati, tidak sabar) dari mulutnya sering muncul kata-kata untuk berbuat baik, tetapi tujuannya hanya agar mendapatkan berkah, sebenarnya dirinya sendiri belum melatih diri. Dia menganggap dirinya paling benar karena dirinya telah menyembah banyak patung Buddha dan meyumbangkan banyak uang. Padahal dirinya tetap melakukan dosa, mengejek orang yang beda ide dan merendahkan orang lain karena merasa dirinya telah banyak menerima berkah. Akhirnya itulah yang menyebabkan konflik, baik terhadap umat se-agama, maupun berbeda agama. 


Umat Kristen yang Tidak Sabar 

Dalam ajaran agama Kristen umat-Nya dituntut untuk menjadi saksi Yesus dan mewartakan Injil. Itu adalah umumnya yang diketahui orang, sebenarnya dalam ajaran agama Kristen, umat-Nya juga dituntut untuk berbuat baik, sabar dan rendah hati dalam mewartakan Injil. Umat Kristen juga dijanjikan berkah bila sudah percaya dengan ajaran-Nya dan mau mewartakan ajaran-Nya.

Tetapi dalam kehidupan sehari-hari saya juga menemukan ada munafik di antara komunitas tersebut. Munafik tersebut berlaku seperti salesman yang menyampaikan informasi ke mana-mana, terutama kepada umat yang berbeda agama, agar umat yang berbeda agama itu mengikuti langkah dia.

Selain itu, bagi umat yang munafik, mereka hanya melihat berkah, mereka tidak tahu kesabaran dan rendah hati. Akhirnya, dalam proses pewartaan tersebut dia sering menyinggung ajaran agama lainnya dan menyatakan betapa baiknya ajaran yang dia anut, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

Sebenarnya umat Kristen juga dituntut untuk berbuat baik, dan pewartaan yang sebenarnya adalah berbuat baik juga, serta mengasihi, bukan seperti yang dilakukan munafik tersebut, seolah-olah seperti melakukan promosi saja. 


Umat Islam yang Tidak Sabar

Dalam ajaran agama Islam, umat-Nya dituntut untuk menegakkan Kerajaan Tuhan. Tetapi sebenarnya, umat-Nya juga dituntut untuk berkesabaran dan berbuat baik dalam mewartakan Kerajaan Tuhan.

Sabar di sini maksudnya juga sama dengan agama lain, yaitu menahan diri dari perbuatan dosa, sikap yang berlebihan dan pemborosan harta.

Namun saya juga menemukan ada munafik di antara komunitas itu. Munafik tersebut juga tidak tahu bersabar. Munafik tersebut tidak kuat menghadapi tantangan. Dia akan menganggap segala tantangan adalah perbuatan iblis. Iblis tentu saja bertentangan dengan Tuhan, sehingga akhirnya munafik tersebut akan berusaha menyamakan segala keadaan sesuai keinginannya sendiri. Namun seperti contoh munafik dari Agama Buddha, dia menganggap dirinya sedang menegakkan kebenaran.

Kita bisa lihat ada ormas yang melakukan mendesak masyarakat agar menutup warung makan pada siang hari di Bulan Ramadhan, mendesak agar tidak memilih pemimpin non-Muslim serta mendesak agar rumah makan BPK di Sumatera Utara tutup. Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan yang sesuai dengan pandangannya. Sebenarnya mereka tidak kuat menghadapi tantangan, dan akhirnya tingkah laku tersebut secara tidak sengaja menjadi memaksakan kehendak.


Kesimpulan

Agar tercipta lingkungan masyarakat yang damai sejahtera, setiap umat beragama, baik dari Agama apapun, kita harus tahu sikap bersabar dan rendah hati. Dengan adanya sikap sabar dan rendah hati, kita baru bisa menghormati segala perbedaan. Dengan menghormati segala perbedaan, kita baru bisa menyampaikan ajaran agama dengan benar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.