Menurut observasi masyarakat, semakin banyak umat Buddha yang telah berpindah agamanya ke agama lain. Tetapi menurut pengamatan saya, sebenarnya umat Buddha yang berpindah agama lebih jarang, malah yang sering saya temukan adalah umat Konghucu. Hanya saja karena Konghucu sering diidentikkan sebagai agama Buddha, jadi sering terjadi kesalahpahaman.
Umumnya, umat Konghucu akan memilih pindah agama ke Kristen atau Islam. Jarang ada umat Konghucu yang mau pindah ke agama Buddha karena umat Konghucu sendiri suka menyamakan ajaran-Nya dengan ajaran Buddha.
Pada umumnya, alasan yang menyebabkan seseorang berpindah agama adalah karena dia merasa dirinya tidak mendapatkan berkah dari agama asalnya, atau pun dia merasa berkahnya lebih dikit dibandingkan yang dia memberikan. Alasan tersebut adalah alasan yang sering saya temukan dalam kehidupan sehari-hari.
Tetapi sebenarnya orang yang berpikiran seperti itu adalah orang yang sesat. Seperti posting sebelumnya (klik di sini) bahwa umat Konghucu dan Buddha menjadi munafik bila sudah sesat dalam ajarannya. Jadi penyebab utama sebagian besar umat Konghucu berpindah agama adalah sesat.
Ciri-ciri umat Konghucu yang sesat adalah terlalu nikmat dalam persembahan, tetapi tidak melatih diri.
Ciri-ciri utama dalam sembahyang umat Konghucu adalah menyediakan bahan persembahan, Bagi umat Konghucu, bahan yang disembahkan semua itu ada artinya, sehingga bahan tersebut harus disiapkan dalam kualitas dan jumlah yang cukup.
Tetapi bagi umat Konghucu yang sesat / munafik, semakin banyak bahan yang disembahkan, semakin banyak berkah yang dia dapatkan, sehingga munafik tersebut rela menghabiskan banyak uang untuk menyiapkan bahan persembahan. Dan menurut dia, rela memberi adalah suatu wujud perbuatan baik. Jadi, munafik tersebut merasa dirinya telah berbuat baik dan semoga berkahnya melimpah.
Tetapi munafik tersebut tidak tahu bahwa sebenarnya dia juga dituntut untuk berbuat baik dan rendah hati. Munafik tersebut tidak mau bertobat dari perbuatan dosa, tetap berkata-kata yang tidak jujur, melakukan perbuatan asusila, serta kebanyakan munafik juga merasa tinggi hati, terutama setelah dia menghabiskan banyak uang untuk menyediakan barang persembahan.
Selain itu, ciri-ciri dari umat Konghucu yang munafik itu adalah tidak mau bekerja keras. Mereka merasa Dewa-Dewa yang telah mereka sembahyangkan bagaikan "lampu Aladin" yang bisa mengabulkan segala impian mereka. Umumnya ditemukan adalah orang yang sembahyang meminta agar mendapat uang banyak, bahkan ada yang meminta agar bisnis orang lain menyusut agar bisnisnya sendiri membesar.
Akhirnya, berkah yang mereka dapat hanya sedikit, bahkan sama sekali tidak ada, karena walaupun mereka telah menekuni persembahan, tetapi diri mereka tidak bertobat dari dosa. Namun munafik seperti itu tidak akan sadar akan hal itu, yang mereka perhitungkan hanyalah bahan yang disembahkan dibanding dengan berapa berkah yang mereka dapatkan.
Sebenarnya, fungsi utama para Dewa adalah menjaga ketentraman dan kesejahteraan. Permintaan mengenai keselamatan, kesehatan, kerjaan menjadi lancar atau kemakmuran itu wajar. Tapi kemakmuran di sini maksudnya mencukupi. Jadi, sama dengan agama lain, berkah sebenarnya yang disiapkan bagi umat Konghucu juga perbuatan baik dan rendah hati, bukan bahan persembahan.
Penyebab Umat Konghucu Sesat
Penyebab utama umat Konghucu sesat adalah kurangnya konsultasi. Seperti ciri-ciri munafik Konghucu yang disebutkan di atas bahwa orang seperti itu tidak tahu melatih diri.
Tetapi kenyataannya, hampir tidak ada sarana konsultasi yang disiapkan bagi umat-Nya. Semua umat yang melakukan sembahyang ke kelenteng (tempat sembahyang Konghucu) hanya sekedar sembahyang, tidak ada konsultasi berupa pewartaan ajaran dan penerangan tentang kebenaran seperti yang dilakukan di wihara, mesjid dan gereja. Hal ini juga menjadi sebab utama kesesatan umat Konghucu yang hanya menekuni persembahan.
Akhiran yang Menyedihkan
Dari semua hal yang dituliskan di atas, dapat disimpulkan bahwa umat Konghucu berpindah agama karena sesat, tidak tahu kebenaran dan hanya menginginkan berkah yang melimpah. Dengan kata lain, orang tersebut dapat diidentikkan sebagai munafik.
Terkadang ditemukan ada umat Konghucu yang telah memilih berpindah agama itu melakukan hal-hal yang menyedihkan, yaitu membakar patung Dewa dan tempat dupa yang ada di rumahnya, karena munafik tersebut merasa Dewa tersebut tidak berguna lagi, dan yang lebih parah lagi adalah karena setelah mereka berpindah agama, mereka menganggap patung Dewa yang telah lama mereka sembahyangkan hanyalah karangan manusia. Kadang munafik itu merasa dirinya bodoh karena menyembah patung, gara-gara mereka tidak mendapat berkah.
Padahal, perbuatan orang-orang tersebut sama persis dengan anak durhaka yang mengusir orang tuanya. Lebih parah lagi, membakar patung Dewa seperti itu identik dengan membunuh orang tua sendiri.
Kenyataan yang lebih parah yang saya temukan adalah ada satu kepala keluarga yang siap berpindah ke agama lain, kemudian dia meminta petinggi agama baru yang dia anut datang ke rumahnya untuk membongkar patung para Dewa.
Jadi, bagaimana seharusnya mereka membereskan patung Dewa bila mereka siap berpindah agama? Umumnya, Dewa yang disembahkan memiliki kelenteng tersendiri yang menjadi pusat persembahan. Bila umat tersebut siap berpindah agama, seharusnya tempat dupa dan patung Dewa tersebut dibawa ke kelenteng yang bersangkutan.
Kesimpulan
Di sini saya tidak bermaksud untuk menghentikan orang yang berpindah agama, semuanya tergantung keinginan diri-sendiri. Tetapi saya mengimbau agar menekuni lebih dalam ajaran agama sendiri sebelum membandingkan berapa berkah yang bisa didapatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.